Jumat, 15 November 2019

Seminar YAICI: Peduli Gizi Menuju Tahun 2045

Hari Kesehatan Nasional ke-55 jatuh pada tanggal 12 November 2019. Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) mengadakan Seminar Edukasi Gizi "Peduli Gizi Anak menuju Generasi Emas 2045". Acara diadakan di Aula Pimpinan wilayah Aisyiyah Sumbar.
Let's start

Seminar diadakan dua sesi, sesi pertama yakni pemaparan materi oleh dr. Hj. Merry Yuliesday, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat mengenai "Upaya Perbaikian Gizi dalam Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Sehat dan Cerdas"
On stage

Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil menurunkan masalah gizi pada balita, namun ada peningkatan masalah obesitas pada dewasa. Beberapa masalah gizi, yakni stunting, kurus dan obesitas.

Stunting adalah bentuk kekurangan gizi kronis yang secara fisik memiliki tinggi badan dibawah standar pertumbuhan anak normal, dan dapat terjadi pada saat mulai janin dalam kandungan dan baru nampak pada saat anak berusia 2 tahun. Jika stunting tidak ditangani dengan baik maka akan berdampak sampai dewasa seperti
  • Obesitas
  • Penurunan toleransi glukosa
  • Penyakit jantung koroner
  • Hipertensi
  • Osteoporosis
  • Kekebalan tubuh yang lemah menyebabkan mudah terserang penyakit
  • Menurunkan kemampuan kognitif otak
Penyebab stunting adalah kurangnya asupan nutrisi pada masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Menurut masyarakat penyebab utamanya adalah permasalahan ekonomi. Kendala ekonomi bukanlah penyebab utama, penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat. Masyarakat tidak mengetahui sumber makanan yang bernutrisi, misalnya minum susu kental manis sebagai sumber protein susu. Padahal susu kental manis bukan termasuk susu yang boleh dikonsumsi sebagai minuman tunggal. Yap... sesi kedua membahas Susu Kental Manis.
Sebelum masuk sesi talkshow, ada pemaparan materi oleh Pak Agus Hidayat

Kenapa susu kental manis tidak bisa dijadikan minuman tunggal? Karena susu kental manis merupakan susu sapi yang airnya dihilangkan dan ditambahkan gula sebesar 40-50%. Tingginya kadar gula pada susu kental manis dapat menyebabkan resiko diabetes dan obesitas. Jadi, susu kental manis dapat digunakan untuk toping makanan. Untuk meminimalisir dampak penggunaan susu kental manis Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan Perka No 31 Tahun 2018 tentang Label dan Iklan pada Produk Susu Kental.
Ga ketinggalan photo

Seminar di Padang merupakan roadshow ke-6 yang diadakan YAICI, sebelumnnya diadakan di Batam, Makasar, Banten, Mataram (Nusa Tenggara Timur), dan Jawa Barat. Di tunggu roadshow di kota lainnya😊

11 komentar:

  1. Detail.
    As usual.

    Semoga ngga ada lagi anak stunting dan obes di sumbar ya huhuhu

    P.S.
    Terima kasih sudah memperbolehkan ku nyontek catatanmu Kak wkkwkw

    BalasHapus
  2. Hello, kak Yonie ��

    Terima kasih, ya. Semoga kedepannya masyarakat kita lebih aware terhadap kesehatan dan semakin baik hendaknya tingkat kesehatan anak-anak Indonesia. Cheers ��

    Salam,
    @terryselvy

    BalasHapus
  3. Kenapa susu kental manis itu dari susu sapi ya kak? Kenapa gak dari susu kambing, kuda, onta, dll? Wkwkw. Tiba2 kepikiran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo pake yg lain produksi ny dikit. Hehehe...

      Hapus
    2. Salah ituu
      Susu kental manis bukan dari susu sapi, tapi dari gula

      Rasanya doang kayak susu sapi
      Aslinya mah enggak :/

      Hapus
    3. Karna lebih buanyak gula ny y

      Hapus
  4. saya juga pengen ikut sebenarnya seminar2 kayak gini, selain menambah ilmu, juga menambah wawasam juga, iya nggak sih ?

    BalasHapus
  5. Ayodong update sudah sebulan nih kwkkww

    BalasHapus